Mengkaji Maqashid Ash – Shiyam dari Syeikh Izzudin bin Abdus salam
Mengkaji
Maqashid Ash – Shiyam dari Syeikh Izzudin bin Abdus salam
Oleh
: Miftakhul Wulan
Dalam tradisi Indonesia khususnya dunia
pesantren mengkaji beberapa kitab kuning adalah salah satu kegiatan yang rentan
dilakukan. Tak heran jika setiap bulan ramadhan banyak pesantren yang
mengadakan ngaji kilatan dengan menghatamkan beberapa kitab kuning
seperti araba’in nawawi, ihya’ ulumuddin, tak terkecuali dengan kitab Maqashid
Ash – Shiyam karya Syeikh izzudin.
Mengenal Syeikh izzudin, Syeikh izzudin
merupakan syeikh dengan keluasan ilmu serta merupakan ulama bermadzab syafii. Dengan
nama lengkap al – ‘allamah al Syaikh al – Imam al – Faqih al – mujtahid Hujjatul
Islam, Syaikhul Islam Izzudin Abu Muhammad Abdul Aziz ibn abdussalam ibn abu
Syafi’i yang lahir pada tahun 577H. Pepatah mengatakan “Guru kencing
berdiri, Murid kencing berlari” memang benar adanya tak heran jika luasnya
ilmu beliau juga dapat dilihat dari siapa gurunya. Guru syeikh izzudin
merupakan ulama – ulama yang alim diantaranya Ahmad al – Mawwazini, Barakat
ibnu Ibrahim al Khusya’i, al – Qasim ibnu Asakir, Umar ibn Thabazid, Hanbal ibn
Abdullah dan beberapa guru lainnya. Sedang Syaikh Izzudin sendiri menjadi guru
dari ulama – ulama yang dikenal sangat masyhur seperti al – Dimyathi, Ibnu
Daqiq al ‘Id, Syihabuddin.
menghasilkan banyak karya yang fenomenal
dan banyak dikaji kurang lebih terdapat 36 karya salah satunya kitab maqashid
ash – shiyam yang merupakan kitab membahas tentang tujuan pokok berpuasa yang
mana tujuan syeikh izzudin sendiri adalah membantu pembaca masa modern turut
menikmati kajian ulama klasik yang disambungkan ke zaman modern . Pada tahun 660
H sebagian riwayat lain menyebutkan juga 659H beliau meninggal zahid di kota
Mahrusah, jenazahnya dimakamkan dilembah gunung al – Muqaththan.
Mengkaji kitab Maqashid Ash – Shiyam akan
mengetahui tujuan pokok berpuasa. Yang pertama
mengenai kewajiban berpuasa. Kenapa puasa itu dikatakan wajib? Dalam kitab
dijelaskan bahwa puasa merupakan sebab bagi pengampunan dosa yang mengharuskan
balasannya itu neraka.
Kedua,
mengenai fadhillah puasa yang mana ada beberapa fadhilah atau hikmah yang kita
dapat ketika kita berpuasa yaitu meningkatkan drajat (Allah telah menjanjikan
surga yang khusus dimasuki oleh orang – orang ahlu shoum), melemahkan syahwat, menghapus
kesalahan, memperbanyak sedekah (memperbanyak sedekah dikatakan dalam kitab
adalah apabila orang yang berpuasa itu lapar maka ia akan teringat rasa lapar
yang dialami dan itu akan mendorongnya untuk memberi makan orang yang lapar),
meningkatkan ketaatan, meningkatkan rasa syukur, menjauhkan diri dari bisikan
maksiat, dan menyimpang (Syahwat). Puasa juga banyak mengandung manfaat lain,
seperti menyehatkan pikiran dan tubuh. Dalam sebuah hadis disebutkan صُوْمُوْا
تَصِحُّوا “
Puasalah Niscaya kamu sehat” .
Ketiga,
membicarakan mengenai adab – adab berpuasa yaitu selalu menjaga diri agar tidak
berbuat yang menyimpang, menolak dengan santun ketika ada ajakan untuk makan
ketika sedang berpuasa dengan mengatakan “aku sedang berpuasa”, membaca do’a
saat berbuka puasa, berbuka dengan hidangan ringan seperti dengan kurma basah,
kurma kering atau air putih, menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur karena
keduanya merupakan sunnah berpuasa.
Keempat,
membahas mengani hal – hal yang harus di jauhi dalam berpuasa salah satunya
wishal atau melakukan puasa secara terus menerus.
Kelima,
berburu lailatul qadar. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan, kemuliaan derajat
dan ketinggian kedudukan atau karena rizki dan ajal dari tahun ke tahun
berikutnya dapat ditentukan pada malam tersebut.
Keenam,
berisi mengenai hal – hal yang mendukung waktu berpuasa di bulan ramadhan yaitu
i’tikaf, dermawan, dan membaca Al-qur’an. I’tikaf merupakan berkunjung kepada
Allah di salah rumah-Nya kemudian mengkhususkan waktu untuk-Nya.
Ketujuh,
menyambung puasa ramadhan dengan berpuasa enam hari di bulan syawal. Hal ini
merupan sunnah yang di anjurkan dan banyak muslim yang berpuasa pada waktu ini.
Kedelapan,
pembahasan ke delapan ini merupakan mengenai puasa sunnah yang dilakukan di
luar bulan ramadhan. Yaitu puasa senin kamis, puasa ayyamul bidh, puasa hari
arafah, puasa asyura, puasa tasu’a, puasa bulan muharram, puasa dawud, puasa
sya’ban, puasa sepuluh hari bulan dzulhijjah.
Kesembilan,
hari – hari dilarang untuk berpuasa yaitu puasa setelah pertengahan sya’ban,
puasa satu atau dua hari menjelang bulan ramadhan, puasa pada hari syak, puasa
pada dua hari raya, puasa pada hari – hari tasyriq (11-13 Dzulhijjah), puasa
khusus hari jum’at. Penjelasan diatas merupakan isi dalam kitab Maqashid
ash-Shiyam syeikh izzudin.
Komentar
Posting Komentar